Rabu, 16 Oktober 2013
Sejarah Islam DiIndonesia
“Sesungguhnya pada kisah-kisah
mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang berakal…” (QS. Yusuf ayat
111).
Sangat penting mempelajari sejarah
dakwah Islam di Indonesia. Sesuai dengan firman Allah dalam Al Qur’an ayat 111
bahwa mempelajari sejarah terdapat ibrah (pelajaran). Dengan memepelajari
sejarah di masa lampau, kita dapat mengambil pelajaran untuk di masa yang akan
datang dibuat perencanaan atau konsep yang lebih baik khususnya untuk dakwah di
tanah air kita, Indonesia. Sesuai dengan hadist Rasulullah “Hari ini harus
lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini “.
Bahasa merupakan nilai tertinggi
dari suatu peradaban. Suatu bangsa dipengaruhi nilai tertentu jika bahasanya
dipengaruhi oleh nilai tersebut. Bahasa Indonesia banyak dipengaruhi oleh
bahasa Arab (bahasa Al-Qur’an) contohnya kata ibarat yang kata dasarnya dari
ibrah ini yang bermakna pelajaran dan masih banyak lagi bahasa indonesia yang
berasal dari bahasa Arab. Ini membuktikan bahwa budaya Indonesia
sudahdipengaruhi oleh budaya islami.
Sejarah masuknya Islam di Indonesia
melalui babak – babak yang penting :
1. Babak pertama, abad 7 masehi
(abad 1 hijriah).
Pada abad 7 masehi, Islam sudah
sampai ke Nusantara. Para Dai yang datang ke Indonesia berasal dari jazirah
Arab yang sudah beradaptasi dengan bangsa India yakni bangsa Gujarat dan ada
juga yang telah beradaptasi dengan bangsa Cina, dari berbagai arah yakni dari
jalur sutera (jalur perdagangan) dakwah mulai merambah di pesisir-pesisir
Nusantara.
Sejak awal Islam tidak pernah membeda-bedakan fungsi seseorang untuk berperan sebagai dai (juru dakwah). Kewajiban berdakwah dalam Islam bukan hanya kasta (golongan) tertentu saja tetapi bagi setiap masyarakat dalam Islam. Sedangkan di agama lain hanya golongan tertentu yang mempunyai otoritas menyebarkan agama, yaitu pendeta. Sesuai ungkapan Imam Syahid Hasan Al-Bana “ Nahnu du’at qabla kulla syai“ artinya kami adalah dai sebelum profesi-profesi lainnya.
Sejak awal Islam tidak pernah membeda-bedakan fungsi seseorang untuk berperan sebagai dai (juru dakwah). Kewajiban berdakwah dalam Islam bukan hanya kasta (golongan) tertentu saja tetapi bagi setiap masyarakat dalam Islam. Sedangkan di agama lain hanya golongan tertentu yang mempunyai otoritas menyebarkan agama, yaitu pendeta. Sesuai ungkapan Imam Syahid Hasan Al-Bana “ Nahnu du’at qabla kulla syai“ artinya kami adalah dai sebelum profesi-profesi lainnya.
Sampainya dakwah di Indonesia
melalui para pelaut-pelaut atau pedagang-pedagang sambil membawa dagangannya
juga membawa akhlak Islami sekaligus memperkenalkan nilai-nilai yang Islami.
Masyarakat ketika berbenalan dengan Islam terbuka pikirannya, dimuliakan
sebagai manusia dan ini yang membedakan masuknya agama lain sesudah maupun
sebelum datangnya Islam. Sebagai contoh masuknya agama Kristen ke Indonesia ini
berbarengan dengan Gold (emas atau kekayaan) dan glory (kejayaan atau
kekuasaan) selain Gospel yang merupakan motif penyebaran agama berbarengan
dengan penjajahan dan kekuasaan. Sedangkan Islam dengan cara yang damai.
Begitulah Islam pertama-tama
disebarkan di Nusantara, dari komunitas-komunitas muslim yang berada di
daerah-daerah pesisir berkembang menjadi kota-kota pelabuhan dan perdagangan
dan terus berkembang sampai akhirnya menjadi kerajaan-kerajaan Islam dari mulai
Aceh sampai Ternata dan Tidore yang merupakan pusat kerajaan Indonesia bagian
Timur yang wilayahnya sampai ke Irian jaya.
2. Babak kedua, abad 13 masehi.
Di abad 13 Masehi berdirilah
kerajaan-kerajaan Islam diberbagai penjuru di Nusantara. Yang merupakan moment
kebangkitan kekuatan politik umat khususnya didaerah Jawa ketika kerajaan
Majapahit berangsur-angsur turun kewibawaannya karena konflik internal. Hal ini
dimanfaatkan oleh Sunan Kalijaga yang membina di wilayah tersebut bersama Raden
Fatah yang merupaka keturunan raja-raja Majapahit untuk mendirikan kerajaan
Islam pertama di pulau Jawa yaitu kerajaan Demak. Bersamaan dengan itu mulai
bermunculan pula kerajaan-kerajaan Islam yang lainnya, walaupun masih bersifat
lokal.
Pada abad 13 Masehi ada fenoma yang
disebut dengan Wali Songo yaitu ulama-ulama yang menyebarkan dakwah di
Indonesia. Wali Songo mengembangkan dakwah atau melakukan proses Islamisasinya
melalui saluran-saluran:
- a) Perdagangan
- b) Pernikahan
- c) Pendidikan (pesantren)
Pesantren merupakan lembaga
pendidikan yang asli dari akar budaya indonesia, dan juga adopsi dan adaptasi
hasanah kebudayaan pra Islam yang tidak keluar dari nilai-nilai Islam yang
dapat dimanfaatkan dalam penyebaran Islam. Ini membuktikan Islam sangat menghargai
budaya setempat selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam.
- d) Seni dan budaya
Saat itu media tontonan yang sangat
terkenal pada masyarakat jawa kkhususnya yaitu wayang. Wali Songo menggunakan
wayang sebagai media dakwah dengan sebelumnya mewarnai wayang tersebut dengan
nilai-nilai Islam. Yang menjadi ciri pengaruh Islam dalam pewayangan
diajarkannya egaliterialisme yaitu kesamaan derajat manusia di hadapan Allah
dengan dimasukannya tokoh-tokoh punakawam seperti Semar, Gareng, Petruk, dan
Bagong.
Para Wali juga menggubah lagu-lagu tradisional (daerah) dalam langgam Islami, ini berarti nasyid sudah ada di Indonesia ini sejak jaman para wali. Dalam upacara-upacara adat juga diberikan nilai-nilai Islam.
Para Wali juga menggubah lagu-lagu tradisional (daerah) dalam langgam Islami, ini berarti nasyid sudah ada di Indonesia ini sejak jaman para wali. Dalam upacara-upacara adat juga diberikan nilai-nilai Islam.
- e) Tasawwuf
Kenyatan sejarah bahwa ada
tarikat-tarikat di Indonesia yang menjadi jaringan penyebaran agama Islam.
3. Babak ketiga, masa penjajahan
Belanda.
Pada abad 17 masehi tepatnya tahun
1601 datanglah kerajaan Hindia Belanda kedaerah Nusantara yang awalnya hanya
berdagang tetapi akhirnya menjajah. Belanda datang ke Indonesia dengan kamar
dagangnya yakni VOC, semejak itu hampir seluruh wilayah nusantara dijajah oleh
Hindia Belanda kecuali Aceh. Saat itu antar kerajaan-kerajaan Islam di
nusantara belum sempat membentuk aliansi atau kerja sama. Hal ini yang
menyebabkan proses penyebaran dakwah terpotong.
Dengan sumuliayatul (kesempurnaan)
Islam yang tidak ada pemisahan antara aspek-aspek kehidupan tertentu dengan
yang lainnya, ini telah diterapkan oleh para Ulama saat itu. Ketika penjajahan
datang, mengubah pesantren-pesantren menjadi markas-markas perjuangan,
santri-santri (peserta didik pesantren) menjadi jundullah (pasukan Allah) yang
siap melawan penjajah sedangkan ulamanya menjadi panglima perangnya. Hampir
seluruh wilayah di Indonesia yang melakukan perlawanan terhadap penjajah adalah
kaum muslimin beserta ulamanya.
Potensi-potensi tumbuh dan
berkembang di abad 13 menjadi kekuatan perlawanan terhadap penjajah. Ini dapat
dibuktikan dengan adanya hikayat-hikayat pada masa kerajaan-kerajaan Islam yang
syair-syairnya berisikan perjuangan. Ulama-ulama menggelorakan Jihad melawan
kaum kafir yaitu penjajah Belanda. Belanda mengalami kewalahan yang akhirnya
menggunakan strategi-strategi:
- Politik devide et impera, yang pada kenyataannya memecah-belah atau mengadu domba antara kekuatan Ulama dengan adat contohnya perang Padri di Sumatera Barat dan perang Diponegoro di Jawa.
- Mendatangkan Prof. Dr. Snouk Cristian Hourgonye alias Abdul Gafar seorang Guru Besar keIndonesiaan di Universitas Hindia Belanda juga seorang orientalis yang pernah mempelajari Islam di Mekkah, dia berpendapat agar pemerintahan Belanda membiarkan umat Islam hanya melakukan ibadah mahdhoh (khusus) dan dilarang berbicara atau sampai melakukan politik praktis. Gagasan tersebut dijalani oleh pemerintahan Belanda dan salah satunya adalah pembatasan terhadap kaum muslimin yang akan melakukan ibadah Haji karena pada saat itulah terjadi pematangan pejuangan terhadap penjajahan.
4. Babak keempat, abad 20 masehi
Awal abad 20 masehi, penjajah
Belanda mulai melakukan politik etik atau politik balas budi yang sebenarnya
adalah hanya membuat lapisan masyarakat yang dapat membantu mereka dalam
pemerintahannya di Indonesia. Politik balas budi memberikan pendidikan dan
pekerjaan kepada bangsa Indonesia khususnya umat Islam tetapi sebenarnya
tujuannya untuk mensosialkan ilmu-ilmu barat yang jauh dari Al-Qur’an dan
hadist dan akan dijadikannya boneka-boneka penjajah. Selain itu juga
mempersiapkan untuk lapisan birokrasi yang tidak mungkin pegang oleh lagi oleh
orang-orang Belanda. Yang mendapat pendidikanpun tidak seluruh masyarakat
melainkan hanya golongan Priyayi (bangsawan), karena itu yang
pemimpin-¬pemimpin pergerakan adalah berasalkan dari golongan bangsawan.
Strategi perlawanan terhadap
penjajah pada masa ini lebih kepada bersifat organisasi formal daripada dengan
senjata. Berdirilah organisasi Serikat Islam merupakan organisasi pergerakan
nasional yang pertama di Indonesia pada tahun 1905 yang mempunyai anggota dari
kaum rakyat jelata sampai priyayi dan meliputi wilayah yang luas. Tahun 1908
berdirilah Budi Utomo yang bersifat masih bersifat kedaerahan yaitu Jawa,
karena itu Serikat Islam dapat disebut organisasi pergerakan Nasional pertama
daripada Budi Utomo.
Tokoh Serikat Islam yang terkenal
yaitu HOS Tjokroaminoto yang memimpin organisasi tersebut pada usia 25 tahun,
seorang kaum priyayi yang karena memegang teguh Islam maka diusir sehingga
hanya menjadi rakyat biasa. Ia bekerja sebagai buruh pabrik gula. Ia adalah
seorang inspirator utama bagi pergerakan Nasional di Indonesia. Serikat Islam
di bawah pimpinannya menjadi suatu kekuatan yang diperhitungkan Belanda.
Tokoh-tokoh Serikat Islam lainnya ialah H. Agus Salim dan Abdul Muis, yang
membina para pemuda yang tergabung dalam Young Islamitend Bound yang bersifat
nasional, yang berkembang sampai pada sumpah pemuda tahun 1928.
Dakwah Islam di Indonesia terus
berkembang dalam institusi-institusi seperti lahirnya Nadhatul Ulama,
Muhammadiyah, Persis, dan lain-lain. Lembaga-lembaga ke-Islaman tersebut
tergabung dalam MIAI (Majelis Islam ‘Ala Indonesia) yang kemudian berubah
namanya menjadi MASYUMI (Majelis Syura Muslimin Indonesia) yang anggotanya
adalah para pimpinan institusi-institusi ke-Islaman tersebut.
Di masa pendudukan Jepang, dilakukan
strategi untuk memecah-belah kesatuan kekuatan umat oleh pemerintahan Jepang
dengan membentuk kementrian Sumubu (Departemen Agama). Jepang meneruskan
strategi yang dilakukan Belanda terhadap umat Islam. Ada seorang Jepang yang
faham dengan Islam yaitu Kolonel Huri, ia memotong koordinasi ulama-ulama di
pusat dengan di daerah, sehingga ulama-ulama di desa yang kurang informasi dan
akibatnya membuat umat dapat terbodohi.
Pemerintahan pendudukan Jepang
memberikan fasilitas untuk kemerdekaan Indonesia dengan membentuk BPUPKI (Badan
Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dan dilanjuti dengan
PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dan lebih mengerucut lagi
menjadi Panitia Sembilan, Panitia ini yang merumuskan Piagam Jakarta tanggal 22
Juni 1945. Piagram Jakarta merupakan konsensus tertinggi untuk menggambarkan
adanya keragaman Bangsa Indonesia yang mencari suatu rumusan untuk hidup
bersama. Tetapi ada kalimat yang kontroversi dalam piagam ini yaitu penghapusan
“7 kata “ lengkapnya kewajiban menjalankan syariat Islam bagi para
pemeluk-pemeluknya yang terletak pada alinea keempat setelah kalimat Negara
berdasarkan kepada Ketuhan Yang Maha Esa.
Babak kelima, abad 20 & 21.
Pada babak ini proses dakwah
(Islamisasi) di Indonesia mempunyai ciri terjadinya globalisasi informasi
dengan pengaruh-pengaruh gerakan Islam internasional secara efektif yang akan
membangun kekuatan Islam lebih utuh yang meliputi segala dimensinya. Sebenarnya
kalau saja Indonesia tidak terjajah maka proses Islamisasi di Indonesia akan
berlangsung dengan damai karena bersifat kultural dan membangun kekuatan secara
struktural. Hal ini karena awalnya masuknya Islam yang secara manusiawi, dapat
membangun martabat masyarakat yang sebagian besar kaum sudra (kelompok struktur
masyarakat terendah pada masa kerajaan) dan membangun ekonomi masyarakat.
Sejarah membuktikan bahwa kota-kota pelabuhan (pusat perdagangan) yang
merupakan kota-kota yang perekonomiannya berkembang baik adalah kota-kota
muslim. Dengan kata lain Islam di Indonesia bila tidak terjadi penjajahan akan
merupakan wilayah Islam yang terbesar dan terkuat. Walaupun demikian Allah
mentakdirkan di Indonesia merupakan jumlah peduduk muslim terbesar di dunia,
tetapi masih menjadi tanda tanya besar apakah kualitasnya sebanding dengan
kuantitasnya.
Dampak Positif dan Negatif Operasi Plastik
Berikut merupakan dampak
positif atau manfaat operasi plastik, baik operasi kosmetik atau
rekonstruksi antara lain :
- Manfaat paling jelas dari operasi plastik adalah dapat meningkatkan penampilan. Sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan rasa percaya diri dan citra tubuh yang lebih baik.
- Operasi plastik dapat menunjang karier seseorang, dimana penampilan menjadi sorotan utamanya. Manfaat dari operasi plastik sangat dirasakan oleh kaum selebritis dalam menjalankan kariernya. Contohnya seperti Krisdayati yang melakukan operasi perbaikan bentuk hidung atau rhinoplasty, Titi Dj yang melakukan liposuction atau sedot lemak, Melly gloeslow yang juga melakukan sedot lemak dan masih banyak artis Indonesia yang lain.
- Operasi plastik juga dapat sangat bermanfaat bagi mereka yang mengalami masalah kesehatan yang dapat mengganggu penampilan mereka. Misalnya seseorang dengan memiliki payudara yang terlalu besar sering mengalami nyeri punggung yang luar biasa, sehingga dilakukan operasi plastik pengurangan payudara yang dapat mengatasi masalah penampilan dan kesehatannya. Atau rekonstruksi payudara yang dilakukan pada pasien yang menderita kanker payudara.
Sedangkan dampak
negative dari operasi plastik, antara lain sebagai berikut :
- Biaya operasi biasanya mahal dan tidak dapat ditanggungkan kepada asuransi kesehatan. Seperti untuk prosedur liposuction, seseorang pasien harus membayar sekitar Rp. 20.000.000,- atau operasi facelift sekitar Rp. 10.000.000,-
- Kadang kala hasil operasi tidak sesuai dengan yang diinginkan pasien. Hal ini sering menjadi masalah antara harapan yang tidak sebanding dengan keterampilan dokter bedah. Mengharapkan hasil yang realistis merupakan kelemahan yang signifikan dari operasi ini.
- Operasi ini memiliki potensi untuk adanya komplikasi. Resiko atau komplikasi tergantung dari jenis operasi yang dilakukan. Seperti pembesaran payudara, komplikasinya pendarahan, bocornya implant. Operasi liposuction beresiko depigmentasi, mati rasa, memar, nyeri., dan masih banyak lagi komplikasi lainnya.
Langganan:
Postingan (Atom)
Diberdayakan oleh Blogger.